Tanggal 31 Mei 2007 lalu saya mengikuti workshop “Meningkatkan Penyelenggaraan TV Komunitas di Indonesia”
Beberapa peserta seperti Grabag TV di Magelang berhasil on air selama 3 jam per hari dengan jangkauan 10 km (meski menurut aturan maksimal 2,5 km). Karena beroperasi di wilayah blank spot, maka Grabag TV adalah satu-satunya TV di sana.
Modal perangkat seperti transmitter, video camera, dan studio tak lebih dari Rp 50 juta. Tenaga operasionalnya pun bukan tenaga terdidik seperti profesional di TV Nasional. Tapi ada guru seperti saya, kata utusan dari Grabag TV, ada petani, guru Madrasah Ibtida’iyah, pegawai KUD, dsb. Mereka semua adalah tenaga sukarela yang bekerja sebagai kameramen untuk meliput berbagai kegiatan rakyat di sana. Setelah itu hasil rekaman atau bisa juga liputan langsung disiarkan melalui transmitter (pemancar) TV.
Berdasarkan pasal 21 UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran:
“Lembaga Penyiaran Komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat idependen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya”
SMAN 1 Cimahi yang mengajukan pendaftaran ke KPID Jabar hingga saat ini izinnya belum keluar meski berkali-kali mengajukan (untuk izin lihat di http://www.kpi.go.id). Pertama pendaftar harus berbadan hukum seperti Koperasi. Tapi Koperasi tidak boleh Koperasi Simpan Pinjam. Toh Grabag TV dan juga TV Kampus Ahmad Dahlan meski belum beroleh izin mereka tetap siaran.
Seorang teman juga menyatakan bahwa lembaga-lembaga Kristen telah mendirikan banyak TV Lokal dan Komunitas di berbagai kota. Sebagai contoh di satu kota, 3 dari 5 TV lokal yang ada didirikan oleh mereka. Sisanya TV umum. Meski belum dapat izin, mereka jalan terus.
Meski demikian, dari aturan di atas TV Komunitas harus bersifat independen dan tidak bersifat partisan. Kemungkinan TV Komunitas yang berlabel agama tidak diizinkan. Dana harus berasal dari komunitas tersebut. Tidak boleh berasal dari luar apalagi dari luar negeri. Yang dari luar negeri hanya bisa dalam bentuk pelatihan. Bukan investasi awal.
Banyak momok yang membuat masyarakat enggan membuat TV Komunitas seperti modal besar, secara teknis sulit, atau tidak ada SDM profesional. Padahal modal yang diperlukan untuk membuat TV Komunitas hanya berkisar rp 50 – 100 juta. Secara teknis juga tidak sulit, hanya perlu pemancar, studio (kamar dengan cahaya terang dan agak kedap suara), dan video camera serta komputer untuk editing dan sebagai sumber video.
SDM yang diperlukan pun tidak harus canggih seperti TV Nasional. Sebagaimana Grabag TV di Magelang, ternyata guru, petani, dan pegawai KUD bisa dijadikan kameramen yang meliput berita.
Yang harus dicamkan adalah kualitas TV Komunitas tidak harus secanggih TV Nasional. Ada kelebihan TV Komunitas yang tidak ada di TV Nasional. TV Komunitas bisa dipakai sebagai alat komunikasi warga. Sebagai contoh seorang Lurah jika ingin menyiarkan bahwa ada pelatihan komputer gratis di Kelurahan bisa mengumumkan lewat TV Komunitas. Atau seorang Ustad bisa menyiarkan bahwa hari Senin ada pengajian Tauhid kepada warganya dan menyiarkan hasil pengajian. Bisa juga pas acara 17 Agustus dan ada perlombaan, TV Komunitas bisa menyiarkan rekaman video para warga setempat. Ini sulit dilakukan oleh TV Nasional.
Satu kendala dari penyelenggara TV Komunitas adalah tenaga untuk mengisi siaran. Sebagai contoh, TV Kampus Ahmad Dahlan di Yogyakarta, hanya sesekali saja mengudara karena kekurangan tenaga.
Padahal seandainya ada yang meliputi kegiatan mahasiswa entah obrolan, atau kuliah, mau pun ceramah yang ada tentu tidak vakum seperti itu. Apalagi jika tenaga sukarelanya betul-betul mujahidin yang benar-benar ingin berdakwah melalui TV.
Acara semacam “Dompet Peduli” pun sebetulnya bisa dijadikan sebagai alat penggalang dana untuk membantu orang miskin. TV Komunitas bisa memakai alat itu untuk membantu murid SD, SMP, SMA yang kekurangan uang untuk biaya sekolahnya. Bisa membantu orang sakit yang kekurangan biaya. Atau membantu orang miskin agar mendapat modal untuk berusaha. Dari uang itu, penyelenggara TV Komunitas bisa mengambil 10% dana untuk Amil (pengumpul uang) dan juga 10% dana fi sabilillah untuk membiayai jihad di jalan Allah melalui dakwah lewat TV Komunitas tersebut. Dengan cara ini mujahid dakwah dapat terus berdakwah dan mengumpulkan dana untuk membantu orang miskin tanpa harus pusing memikirkan pekerjaan lainnya untuk menafkahi keluarganya Sebagai contoh, Portalinfaq saja lewat internet bisa mengumpulkan dana Rp 2,2 milyar lebih. Seharusnya TV Komunitas tidak kalah dengan media internet.
Berhubung izin TV Komunitas terbatas, ada baiknya ummat Islam berlomba secepatnya untuk membuat TV Komunitas yang bisa digunakan sebagai TV Alternatif yang menampilkan tayangan yang santun / dakwah untuk membendung dampak negatif dari TV Nasional yang cenderung pamer dada dan paha. Jarak minimal antara TV Komunitas satu dengan yang lainnya hanya 10 km. Artinya untuk kota Bogor, Bekasi, atau Tangerang hanya bisa ada 1 TV Komunitas saja. Sekali ummat lain sudah mendirikan TV Komunitas, maka peluang ummat Islam mendirikan TV Komunitas itu tertutup sudah.
Sudah saatnya ummat Islam bersatu padu dan saling bahu-membahu mendirikan TV Komunitas agar dakwah bisa berkembang. Sehingga budaya Barat yang sekarang mencengkram mayoritas ummat Islam seperti memakai baju yang memamerkan aurat atau pergaulan bebas bisa dikurangi.
Assalamualaikum wr. wb.
Setelah membaca artikel Bapak Nizaminz … Saya sangat setuju kalau Umat Islam di Indonesia ini harus sadar dengan keadaan Umat Islam sekarang ini. Saya sangat berminat sekali menjadi sukarelawan TV Islam, kebetulan saya mahasiswa BSI jurusan Broadcasting. Seandainya ada TV Komunitas yang baru maupun sudah lama berdiri mohon infonya, saya bersedia menjadi sukarelawan. Untuk infonya saya mengucapkan banyak terima kasih….
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Ide bagus pak,…. thanks atas sharingnya! Maju Terus!
Awas Media!!!, Misi Gelap Walt Disney
http://myquran.org/forum/index.php/topic,30305.msg778528.html#msg778528
1. Dampak Isi Pesan Media Massa
http://ccc.1asphost.com/assalam/ArtikelIslam/media/artikel_detail.asp?Id=77
3. Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku
http://ccc.1asphost.com/assalam/ArtikelIslam/media/artikel_detail.asp?Id=64
5. Antara Televisi, Anak, dan Keluarga (Sebuah Analisis)
http://ccc.1asphost.com/assalam/ArtikelIslam/media/artikel_detail.asp?Id=29
6. Jangan Jadikan sebagai Kekuatan Dahsyat yang Tak Bernurani
http://ccc.1asphost.com/assalam/ArtikelIslam/media/artikel_detail.asp?Id=27
10. Peran Media Komunikasi Modern (TV) sebagai Sarana untuk Menghancurkan
http://ccc.1asphost.com/assalam/ArtikelIslam/media/artikel_detail.asp?Id=101
Saya tertarik dengan Tv komunitas tapi gimana cara nya untuk mengurus izinnya karna saya pernah buat stasiun radio lokal di medan tempat saya tinggal tapi tercekal karena izinnya ….
maju terus muslimin indonesia…saat nya memegang peranan tuk merubah peradaban.., bantu aku mewujudkan TV Komunitas Moqawwamah di aceh jaya …emailku syahlul_tastari@yahoo.com. MOHON DOA !!!
Maju Terus TV komunitas… Mhon Do’a Restu agar Putara/i kami menjadi Brodcaster muda handal
Wass…
SMK Brodacasting Cempaka Nusantara Depok
Perlu di tinjau lagi, bahwa banyak sekali, berita yg menginformasikan ada nya tv komunitas.
tapi mana?
Dan kalau ada paling mengudara hanya bebera hari saja.
Atau hanya sekedar mengudara, uji coba saja, sudah dianggap berdiri atau ada.
Padahal setelah terbertur beberapa masalah, tv itu berhenti.
Menurut saya, untuk mengudara secara rutin atau pasti, sangatlah susah.
# Tenaga / crew / kru
Belum ada tenaga yg menangani tv ini secara professional.
Dan jika ada tenaga yang professional di tv komunitas, pasti akan keluar dan mencari pekerjaan untuk mendapat gaji.
Tenaga tenaga sukarelawan adalah mereka yg datang pertama, dan bertujuan menimba ilmu.
Setelah ilmu dan pergaulan di dunia broadcasting didapat pasti mereka mencari orang yg mau menggaji.
# alat alat.
Memang, handycam sony yang sudah layak untuk di tv kan harga di jogja cuma rp2.8 jt, tapi alat itu bila dipakai beberapa orang dan berganti ganti, maka akan cepat rusak.
Dan kerusakan sekecil apapun, tehnisi lokal tidak akan bisa menangani, dan walaupun tau kerusakan nya tapi tetap tidak akan bisa mendapatkan spare part nya.
Karena merk ternama yg membuat handycam hanya bisa melayani perminta an part karena direparasi di dealer resmi dari merk handycam tsbt.
Orang umum tidak boleh membeli.
Dan akhirnya pastilah beaya minimal 6rts ribu.
Menurut saya, undang undang tv komunitas, tentang tidak diperbolehkan nya untuk komersil, jelas jelas membuat buntu untuk menggali dana operasional tv komunitas.
Menurut saya, tv komunitas tidak akan ada.
Jika anda menolak dg komentar saya, saya setuju dan sah sah saja.
Karena apa?
Saya mendirikan radio komunitas pun banyak sekali problema.
Saya sudah sejak 92. Mengenai detilnya, tidak akan saya tulis.
Oya saya punya pengalaman tentang bagaimana saya juga was was dg adanya siaran tv pada waktu mahrib.
Saya membuat pemancar dg frekwensi yang sama dg tv yang mengganggu anak anak tadi.
Dan pada waktu mahrib, pemancar saya hidupkan, dg maksud mengganggu atau mengacau dari siaran tv tadi. Ya memang yg terganggu cuma di lingkungan saya, tp saya tetap berjuang agar siaran tv tadi, tidak membuat anak lupa mahrib dan ngaji.
Ass,ww.
Puji syukur hanya kepada Illahi Robbi, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya serta pengikutnya hingga yaumil akhir.
Kami, memiliki konsep tentang pembiayaan Televisi Keluarga Muslim Indonesia, hanya kami kekurangan personil ahli untuk beberapa bidang, mis : broadcaster, presenter, cameraman, light man, IT Crew, dan lain2.
Jika ada, ikhwan yang mau gabung, tangan kami terbuka lebar. Jazzakumullah khoiron katsirro.
Wass, ww.
Achmad Fadillah.
Assalamu alaikum…Saya ingin mengajak umat Islam bersatu memerangi/mencegah derasnya arus dari kaum yahudi dan yang lainnya…..Ingat (khusus utk mas Dian ) Kita tidaklah dikatakan beriman jika tidak mengalami cobaan/ujian. mungkin apa yang dialami Mas Dian adalah cobaa/ujian. Saya teringat waktu pertama kali muncul konflik dari saudari2 kita yang memakai jilbab disekolah dan dilarang bahkan ada yang di keluarkan. Dan justru kepala sekolahnya adalah orang Islam juga. Namun dengan ikhtiar dan perjuangan umat Islam akhirnya Jilbab di perbolehkan.
Itulah gunanya kita ini harus saling membantu dan mendukung. Bukan sekedar wacana..saya yakin Atas nama ALLAH..INSYAALLAH…Gaung da’wah Isalm akan tetap ada sampai akhir zaman.
Di banding dengan para Sahabat dan tabi’in 250 abad silam perjuangan kita ini belum ada 1 % mas.
Mereka berjalan beratus2 kilo,mengayunkan pedang,korban harta,anak dan semuanya…..Masyaallah..malunya kita sebagai umat akhir kaman….!!!Hanya terbentur izin kita langsung mundur..Jangan mas..sekali lagi jangan..!!!Janji Allah tak pernah mungkir untuk umat yang Istiqomah di jalanNya.
Saya juga sedang berjuang…Sendiri…Mohon Do’a.
Jazakallahu khoiran…!!
Saya berharap kepada yg berwenag( mampu ) menciptakan hiburan yg islami, saya sangat prihatin dengan keadaan umat islam yg sangat mundur, kita harus bangkit, sudah saatnya islam menjadi teladan, dan saya secara pribadi siap…! menjadi sukarelawan.